Selasa, 02 Desember 2014

Ilmu Ekonomi

         Penciptaan barang diawali oleh proses pengadaan biaya yang diperoleh dari investasi. Besar kecilnya investasi (I) tergantung dari besar kecilnya tingkat tabungan nasional (Y) yang pola perilakunya bergantung dari tingkat suku bunga (r). 
Sedangkan besar kecilnya tabungan, tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan nasional. Tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi (S = Y - C). Yang dalam jangka pendek, fungsi tabungan itu adalah S = -Co + sY, dimana s adalah MPS (Marginal Propensity to Save).
          Investasi adalah pengeluaran secara sengaja dalam rangka memperbesar kapasitas produksi. Dalam hal ini, investasi bergantung pada tingkat suku bunga, dengan persamaan I = Io – er Hubungan antara tabungan dan pendapatan serta investasi dan tingkat suku bunga saling timbal balik.
Maksud dari hubungan timbal balik di sini adalah bahwa hubungan tersebut tidak hanya satu arah saja. Contoh, hubungan antara tingkat tabungan (S) dengan tingkat suku bunga (r). Tingkat tabungan (S) dapat mempengaruhi tingkat suku bunga (r), dengan hubungan yang positif, semakin tinggi tabungan maka semakin tinggi pula tingkat suku bunga.
Namun, hubungan tersebut tidak hanya terjadi satu arah saja. Tingkat suku bungan (r) juga dapat mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat (S). Semakin tinggi tingkat suku bungan (r) maka semakin ingin masyarakat menyimpan uangnya di bank (S).
Maka, perlu dicari keseimbangan nilai suku bunga dan pendapatan nasional agar kondisi pasar relatif stabil. Keseimbangan ini terjadi apabila tingkat Investasi (I) sama dengan tingkat Tabungan (S), atau I = S.
Sehingga kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat pendapatan nasional dengan tingkat suku bunga di pasar barang dan jasa disebut dengan Kurva IS.
Kelanjutan materi ini kami tampilkan dalam screenshot powerpoint berikut ini:

adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan. Jadi, apabila ada orang yang tidak bekerja, tetapi dia tidak aktif mencari pekerjaan, dia tidak bisa dikatakan pengangguran.
Lalu, pertanyaannya adalah adakah orang yang tidak bekerja tetapi tidak mencari pekerjaan?? Jawabannya adalah ADA. Contoh gampangnya adalah ibu rumah tangga atau anak sekolah.
Ibu rumah tangga tidak bekerja untuk mencari penghasilan, tetapi mereka tidak aktif mencari pekerjaan. Demikian  pula dengan anak sekolah, mereka tidak bekerja tetapi tidak aktif mencari pekerjaan. Namun, apabila mereka (ibu rumah tangga dan anak sekolah) aktif mencari pekerjaan, mereka bisa dikatakan sebagai pengangguran.
Tingkat Pengangguran di Indonesia Februari 2014
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik bahwa tingkat pengangguran di Indonesia (Februari 2014) mengalami penurunan dibandingkan dengan tingkat pengguran pada tahun 2013.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 5,70 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen (BPS, 2014).
Selanjutnya, pembahasan akan dipersempit, yaitu terkait dengan tingkat pengangguran di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Pada tahun 2013 kemarin, tepatnya data BPS bulan Agustus 2013, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan didominasi oleh lulusan SMK.
Namun pada bulan Februari 2014 ini, kedudukan berubah. Sekarang, pengangguran terbuka di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan didominasi oleh lulusan SMA.
Teori Perilaku Produsen memiliki banyak analogi dengan Teori Perilaku Konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor produksi atau yang akan diproses menjadi output.
Karena itu, bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi.sebelum membahas konsep ini lebih jauh, kitaflash back sejenak tentang kekuatan “tangan tak tampak” (invisible hand) yang dikemukakan oleh Adam Smith.
Kekuatan “tangan tak tampak” (invisible hand) Adam Smith yang terkandung dalam pasar mengarahkan permintaan dan penawaran untuk memaksimalkan total keuntungan pasar, bagi seluruh masyarakat yang bersangkutan.
Tetapi kegagalan pasar masih mungkin terjadi.
Eksternalitas dan Inefisiensi Pasar
Eksternalitas adalah dampak tindakan suatu pihak terhadap kondisi orang/pihak lain. Eksternalitas menyebabkan inefisiensi pasar, dan dengan demikian pasar tersebut gagal untuk memaksimalkan total surplus.
Eksternalitas muncul ketika seseorang terlibat dalam suatu aktivitas yang mempengaruhi kesejahteraan orang lain, namun orang tersebut tidak membayar atau menerima kompensasi dari dampak tindakannya itu.
Jika dampaknya merugikan, maka disebut eksternalitas negatif. Sebaliknya, jika dampaknya menguntungkan disebut eksternalitas positif.
Perhatikan kurva di bawah ini:
Eksternalitas dalam Perekonomian
Kuantitas yang diproduksi dan dikonsumsi di dalam ekuilibrium adalah efisien. Dalam arti, bahwa hal tersebut akan memaksimalkan jumlah surplus produsen dan konsumen.
Jika pabrik aluminium menyebar polusi (eksternalitas negatif), maka biaya bagi masyarakat memproduksi aluminium lebih besar daripada biaya untuk produsen aluminium. Untuk setiap unit aluminium yang dihasilkan, biaya sosial meliputi biaya-biaya pribadi produsen ditambah biaya untuk orang lain yang terpengaruh oleh polusi.
Dalam mengonsumsi barang berlaku “The Law of Diminishing Marginal Utility”, sedangkan dalam penggunaan faktor produksi berlaku “The Law of Diminishing Return
The Law of Diminishing Return ini dirumuskan oleh ahli ekonomi aliran Klasik, yaitu David Ricardo. Bunyi hukum ini adalah:
“Apabila sejumlah faktor produksi yang tidak tetap (variable factors), seperti tenaga kerja, ditambahkan secara terus-menerus kepada faktor produksi tetap (fixed factor) seperti tanah, maka mulai titik tertentu akan menunjukkan adanya kenaikan hasil produksi yang kurang dari sebanding”

Contoh:
Misalnya sebidang tanah seluas 300m2, mempunyai kapasistas dikerjakan oleh 3 orang petani. Ketika, yang mengerjakan sawash tersebut terus ditambah melebihi kapasitas (>3) maka hasil yang didapat justru akan menurun.
Coba dilogika saja, pasti bisa dipahami. Sawah yang hanya 300m2 apabila dikerjakan oleh 10 orang petani, dan mungkin terus ditambah menjadi 11, 12, 13 dan seterusnya, pasti hasil yang diperoleh justru menurun atau tidak sebanding antara hasil yang diperoleh dengan biaya untuk membayar petani tersebut.
Seperti halnya dalam Teori Perilaku Konsumen, dalam Teori Perilaku Produsen, seorang produsen juga memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya.
Akhirnya, bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi maksimum. Pemahaman Teori Perilaku Konsumen akan memudahkan pemahaman mengenai Teori Perilaku Produsen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar